// Unknown // On-Selasa, 19 Februari 2013

Sejarah Formula 1

1950-an

Ferrari Tipo 500 yang digunakan oleh Alberto Ascari di musim 1952.
Secara resmi, Ferrari memulai debut diajang FIA Formula One World Championship pada GP Monaco 1950 dengan mobil 125 F1, dan pembalap Alberto Ascari dan Gigi Villoresi.[10] Perusahaan ini kemudian mengganti mobilnya dengan seri 275 F1, 340 F1, dan 375 F1. Alfa Romeo mendominasi F1 musim 1950, dengan memenangi seluruh seri lomba. Ferrari sendiri mulai memenangi balap F1 pada GP Inggris 1951 dengan pembalap José Froilán González.[11] Ferrari juga memenangi balapan 1950 dan 1951 di Mille Miglia. Sayangnya Ascari saat itu malah menabrakan mobilnya dan membuat seorang dokter lokal terbunuh dan menyebabkan Ferrari di DQ dari ajang tersebut.
Setelah Alfa Romeo pergi dari F1 di 1951 karena perbedaan pendapat tentang regulasi Formula Dua, Ferrari memperkenalkan mobil baru yang dinamai Ferrari Tipo 500, yang kemudian mendominasi musim 1952 dengan hasil juara dunia untuk Ascari. Di musim itu Ferrari diperkuat oleh Nino Farina dan Piero Taruffi. Pada 1953 Ascari yang menang lima balapan terpaksa harus menyerah pada konsistensi Juan Manuel Fangio di atas Maserati.
Peluncuran World Sportscar Championship pada 1953 membuat Enzo Ferrari tertarik untuk turun di balapan tersebut. Ia lantas meluncurkan mobil V12 166 MM dan 250 MM, mobil bertenaga besar V12 290, 340, dan 375 MM, 315, 335, 410 S, mobil empat silinder 500, 625, 750, seri 860 Monzas, dan mobil V6 118 dan 121 LM. Dengan potensi kekuatan tersebut, Ferrarui mendominasi WSC dengan memenangi gelar pada 1953, 1954, 1956, 1957, dan 1958.
Pada 1954, F1 membuat aturan baru dengan syarat mesin 2.5 liter. Ferrari yang menurunkan Tipo 625 dapat mengimbangi kekuatan Fangio dan Maserati, dan juga Mercedes-Benz W196 yang turun bulan Juli. Ferrari memenangi dua balapan, yaitu GP Inggris 1954 bersama Jose Gonzalez[12] dan GP Spanyol 1954 bersama Mike Hawthorn.[13] Pada musim F1 1955, Ferrari hanya mampu memenangi GP Monaco bersama pembalap Perancis, Maurice Trintignant.[14] Di musim 1955 juga, Ferrari harus mengalami masa pahit karena mereka saat itu terpaksa membeli sasis dari Lancia setelah kematian tragis Ascari. Juan Manuel Fangio, Peter Collins, dan Eugenio Castellotti membalap dengan Lancia-Ferrari D50 dan mereka mampu memenangi kejuaraan F1 musim 1956 dengan gelar dunia untuk Fangio.
Musim 1957, kejuaraan dunia konstruktor diperkenalkan, dan sayangnya Ferrari dimusim tersebut kalah oleh Vanwall. Fangio kembali ke Maserati. Ferrari masih menggunakan Lancia, dan gagal memenangi satu balapan pun. Pembalap Luigi Musso dan Alfonso de Portago bersama Castellotti; Castellotti tewas saat ia melakukan testing, dan kemudian Portago menabrak penonton di Mille Miglia, dan membunuh 12 penonton. Sebagai ganjarannya, Ferrari terkena denda akibat pembunuhan tidak sengaja.
Pada musim 1958, desainer Carlo Chiti masuk dan merancang mobil baru untuk Ferrari yang dinamakan Ferrari 246 Dino (didedikasikan untuk kematian putra Enzo Ferrari).[15] Tim masih mempertahankan lineup pembalap Collins, Hawthorn, dan Musso, ironisnya Musso tewas dalam balapan GP Perancis 1958, dan Collins tewas dalam GP Jerman 1958. Hawthorn lantas memenangi gelar juara dunia tahun 1958.
Musim berikutnya, Ferrari mendatangkan Tony Brooks, Jean Behra, Phil Hill, Dan Gurney, dan Cliff Allison.[16] Tetapi tim tidak mampu menjalani musim dengan baik. Behra dipecat setelah ia meninju manajer tim Romolo Tavoni. Brooks tampil luar biasa dalam beberapa balapan, tetapi ia kalah dalam balapan terakhir oleh Jack Brabham dengan mobil Cooper bermesin belakang.

1960-an

Phil Hill membalap untuk Ferrari di GP Jerman 1962.
Musim 1960 berjalan dengan sedikit optimisme bagi Ferrari setelah gagal di 1959. Ferrari mempertahankan Phil Hill dan Cliff Allison, dan mereka juga mendatangkan Wolfgang von Trips dan kemudian Willy Mairesse ketika musim berjalan dan ditambah lagi dengan kedatangan Richie Ginther[17], yang menjadi pengetes mobil Ferrari pertama bermesin belakang. Apesnya, Allison mengalami kecelakaan dalam sebuah testing dan tim lagi-lagi gagal memenangi satu balapan pun. Sebuah Ferrari kemudian mampu memenangi 24 Hours of Le Mans, tetapi itupun melalui bantuan dua pembalap yaitu Paul Frere dan Olivier Gendebien.
Musim 1961 dengan regulasi baru untuk 1500 cm³, Ferrari mempertahankan Hill, von Trips dan Ginther, dan meluncurkan mobil baru karya Chiti, yaitu Ferrari 156 yang berbasis dari mobil F2 tahun 1960 yang sangat dominan. Dua pembalap Ferrari yaitu Hill dan Von Trips bersaing memperebutkan kejuaraan dunia. Giancarlo Baghetti bergabung di pertengahan musim, dan menjai satu-satunya pembalap F1 sampai saat ini yang mampu memenangi lomba di debut balapannya (yaitu di GP Perancis 1961).[18] Tetapi di akhir musim, von Trips mengalami kecelakaan di GP Italia dan tewas beserta selusin tifosi.[19] Hill memenangi gelar dunia, Ferrari juga menang lagi di Le Mans dengan kombinasi Olivier Gendebien dan Phil Hill.
Di akhir 1961, dengan keluarnya Carlo Chiti dan manajer Romolo Tavoni yang membuat tim balap mereka sendiri, ATS, Ferrari lantas mempromosikan Mauro Forghieri sebagai direktur balap dan Eugenio Dragoni sebagai manajer tim.
Musim 1962, Hill dan Baghetti bertahan bersama dua pembalap baru yaitu Ricardo Rodriguez dan Lorenzo Bandini. Tim menggunakan mobil tahun 1961 dikarenakan Forghieri masih sibuk membenahi desain mobil barunya. Tim kembali gagal memenangi lomba. Tetapi lagi-lagi menang di Le Mans dengan kombinasi Hill dan Gendebien.
Ferrari kemudian menjalankan mobil 156 yang ringan dan kecil untuk musim F1 1963, kali ini kombinasi pembalapnya adalah Bandini, John Surtees, Willy Mairesse dan Ludovico Scarfiotti. Surtees memenangi GP Jerman 1963, dengan kecelakaan parah yang menyebabkan Mairesse tidak dapat melanjutkan karier balapnya. Gagal di F1, lain dengan di Le Mans, dimana lagi-lagi Ferrari mampu memenangi balapan Le Mans, kali ini dengan kombinasi Bandini dan Scarfiotti.
Lorenzo Bandini membalap untuk Ferrari di GP Jerman 1966.
Model baru dari mobil 158 kemudian datang di pertengahan 1963, dan dikembangkan untuk musim 1964 dengan mesin V8 karya Angelo Bellei. Kali ini Surtess dan Bandini bergabung bersama debutan Pedro Rodriguez. Surtess memenangi dua balapan dan Bandini satu. Ferrari saat itu lebih lamban ketimbang Lotus milik Jim Clark, tetapi sangat kuat dalam hal reliabilitas, dan akhirnya mengantarkan Surtess menjadi juara dunia. Dua balapan terakhir di Amerika Utara, Ferrari mengikuti balapan dengan nama NART dan warna biru putih. Di ajang Le Mans, Ferrari kembali perkasa dengan memenangi Le Mans melalui pembalap Jean Guichet dan Nino Vaccarella.
Musim F1 1965, Ferrari mengembangkan dua jenis mesin, yaitu V8 yang sama dengan tahun sebelumnya, dan V12 yang diperlombakan di seri-seri akhir untuk menghadapi musim 1966. Sayangnya mereka gagal memenangi satu lomba pun, namun di Le Mans, Ferrari kembali berjaya dengan menjadi juara enam tahun berturut-turut, dan sekaligus pula menjadi kemenangan Ferrari terakhir di ajang Le Mans 24 Hours.
Pada musim 1966, sesuai peraturan baru, Ferrari 312 milik Surtess dilengkapi dengan mesin 3000cc V12. Sementara itu, Bandini membalap di Seri Tasman 2.4 L V6. Surtess lantas berhasil memenangi balapan di Belgia, tetapi ia berselisih paham dengan Eugenio Dragoni dan kemudian ia dipecat dan digantikan oleh Mike Parkes. Di sisi lain, Scarfiotti memenangi balapan GP Italia dengan mobil 36-valve engine.
Musim 1967, tim Ferrari memecat Dragoni dan menggantinya dengan Franco Lini. Chris Amon juga masuk menemani Bandini. Di GP Monaco, Bandini mengalami kecelakaan hebat, dan ia meninggal dunia beberapa hari kemudian. Ferrari lantas tetap mempertahankan pasangan Mike Parkes dan Scarfiotti, tetapi Parkes mengalami kecelakaan di GP Belgia dan Scarfiotti yang ketakutan setelah menyaksikan kecelakaan Parkes lantas memutuskan untuk beristirahat sementara dari arena balap mobil.
Pada musim 1968, Jacky Ickx masuk ke tim dan berhasil membawa tim memenangi balapan di Perancis dan posisi podium di beberapa balapan lain, dan membuatnya masuk ke dalam daftar kandidat juara dunia, sampai ia mengalami kecelakaan di Kanada. Chris Amon kemudian memimpin beberapa balapan yang sayangnya selalu gagal untuk ia menangi.[20] Di akhir musim, manajer Franco Lini berhenti dan Ickx pindah ke tim Brabham. Di musim panas 1968, Ferrari mengumumkan bahwa mereka akan melebur ke dalam grup otomotif FIAT. Di musim 1969, Enzo sempat mengungkapkan bahwa ia merasa kesulitan dalam membiayai biaya balapan yang semakin membengkak. Walaupun begitu Ferrari tetap berkompetisi penuh di musim tersebut. Kali ini Chris Amon ditemani oleh Pedro Rodriguez dan pada akhir tahun Amon kemudian memilih untuk hengkang dari tim.

1970-an

Niki Lauda membalap untuk Ferrari di GP Jerman 1976.
Tahun 1970, Ickx kembali ke Ferrari, dan ia memenangi balapan di Austria[21], Kanada[22][23], dan Meksiko[24] sehingga menempatkan ia di posisi kedua klasemen pembalap tahun tersebut.
Era 1970-an menjadi dekade terakhir Ferrari berkompetisi di ajang sports car. Dengan diawali performa buruk mobil F1 Ferrari tahun 1973, Enzo lantas memutus segala urusan pengembangan Ferrari di ajang sports car. Saat itu juga, Enzo sebenarnya sempat melontarkan pernyataan bahwa ia juga akan menarik keluar Ferrari dari F1, namun pernyataan itu belakangan ia cabut kembali.
Setelah tiga tahun gagal dan sial, Ferrari mengontrak Niki Lauda pada tahun 1974, dan setahun kemudian Lauda berhasil menjadi juara dunia dengan mobil Ferrari 312T. Pada 1976, Lauda juga nyaris saja mempertahankan gelar dunianya, kalau saja ia tidak terlibat kecelakaan hebat di GP Jerman.[25] Carlos Reutemann masuk menggantikan Lauda untuk sementara, dan Clay Regazzoni mengemudikan mobil lainnya[26][27], Ferrari lantas turun dengan tiga mobil di GP Italia[28] setelah Lauda kembali. Ia lantas merebut gelar keduanya di 1977 sebelum akhirnya hengkang di akhir musim.
Pada 1978 Ferrari diperkuat pembalap muda Gilles Villeneuve (GV) menemani Carlos Reutemann. Jody Scheckter masuk menggantikan Reutemann di GP Argentina 1979, dan di akhir musim Scheckter berhasil memenangi gelar juara dunia, dengan GV di P2 klasemen pembalap.

1980-an

Michele Alboreto merupakan penantang serius Alain Prost di musim F1 1985.
Dekade 1980-an merupakan dekade buruk bagi tim Ferrari. Diawali kecelakaan yang menewaskan GV di GP Belgia 1982[29], dan kemudian disusul Didier Pironi[30] yang mengalami cedera hebat paska kecelakaan di babak latihan GP Jerman.[31] Namun dengan empat kemenangan yang diraih René Arnoux dan Patrick Tambay di musim 1983 akhirnya tim Ferrari berhasil meraup gelar juara dunia konstruktor.
Sebelumnya di musim 1982, tim Ferrari pindah markas ke Maranello yang dari sisi strategis sangat dekat dengan sirkuit tes mereka, Fiorano.
Pada 14 Agustus 1988, Enzo Ferrari meninggal dunia dalam usia 90 tahun. Setelah Enzo wafat, FIAT menjadi penguasa Ferrari dengan saham 90%. Seminggu setelah Enzo wafat, Gerhard Berger dan Michele Alboreto secara mengejutkan berhasil memenangi GP Italia[32], di tengah musim yang didominasi McLaren tersebut, nampaknya kemenangan di Italia memang sudah ditakdirkan untuk Ferrari dengan kejadian kerusakan mesin untuk Alain Prost dan Ayrton Senna yang malah menabrak backmarker Jean-Louis Schlesser (Williams) saat ia memimpin.

1990-an

Michael Schumacher di GP Jerman 1997, tahun keduanya bersama tim Ferrari.
Tahun 1990 Alain Prost membalap untuk Ferrari bersama Nigel Mansell.[33] Prost memenangi lima lomba, dan berpeluang merebut gelar juara dunia kalau saja ia tidak diseruduk Ayrton Senna di GP Jepang. Akibat kegagalan memenangi lomba satu pun di musim 1991, Alain Prost frustrasi dan mengatakan bahwa mobil Ferrari tunggangannya tidak lebih baik daripada truk[34], sebagai ganjarannya, Prost kemudian dipecat sebelum balapan akhir musim di Adelaide.[35] Gerhard Berger dan Jean Alesi masuk untuk musim 1994 dan 1995. Kegagalan Ferrari di lima tahun awal dekade 1990-an adalah karena mereka ngotot memakai mesin V12, disaat tim-tim lain sudah mulai menggunakan musim V10.
Musim 1996 Ferrari mendatangkan bintang Jerman, Michael Schumacher, dan setelah itu berturut-turut datang juga Ross Brawn, Rory Byrne[36], dan Jean Todt yang sudah menangangi Ferrari sejak pertengahan musim 1993. Mereka berempat kemudian menjadi penyelamat Ferrari[37], dengan mengantarkan tim besar yang sedang sakit tersebut menjuarai tiga balapan di musim 1996. Bahkan Schumi juga sempat masuk kandidat juara dunia 1997 sebelum akhirnya kandas setelah menyenggol mobil Jacques Villeneuve di balapan terakhir di Jerez, dan kemudian Schumi didiskualifikasi karena aksi berbahayanya itu.[38][39][40]
Musim 1998 Ferrari dan Schumi tetap jadi penantang serius untuk gelar juara dunia, tetapi lagi-lagi mereka gagal di balapan terakhir yang kali ini digelar di Jepang. Di musim 1999 Schumi mengalami patah kaki akibat kecelakaan di Silverstone.[41] Posisinya kemudian digantikan oleh Mika Salo. Eddie Irvine nyaris saja menjadi juara dunia 1999 sebelum akhirnya lagi-lagi gagal di balapan terakhir.[42] Meskipun begitu, Ferrari sukses menjadi juara dunia konstruktor di akhir musim 1999.

2000-an

Felipe Massa membalap untuk Ferrari di GP Brazil 2006.
Kimi Raikkonen tampil sebagai juara dunia di GP Brasil 2007.
Masa penantian Ferrari selama 21 tahun untuk meraih gelar juara dunia pembalap akhirnya terbayar di musim 2000. Schumi kali ini ditemani Rubens Barrichello. Lawan berat bagi Schumi adalah Mika Hakkinen dari McLaren. Schumi merebut gelar juara dunia ketiganya di Jepang saat ia mengalahkan Mika dengan kunci strategi pit bagus dari Ross Brawn. Rekan setimnya, Barrichello menjadi penyelamat di beberapa balapan bagi Schumi, seperti saat ia finish ketiga di Austria, dan kemenangan balapan pertamanya di Jerman.
Musim 2001 Ferrari masih tetap kuat, dengan Schumi masih mempertahankan gelarnya, dan Barrichello menempati P3 klasemen akhir pembalap. Sejarah kemudian di cetak oleh Schumi di GP Hungaria, saat Schumi mencatatkan diri sebagai pemenang rekor kemenangan terbanyak dengan 52 kali menang, memecahkan rekor sebelumnya atas nama Alain Prost dengan raihan 51 kemenangan.
Tahun 2002 adalah tahun super bagi Ferrari. Mereka berhasil memenangi 15 dari 17 lomba (11 untuk Schumi, 4 untuk Barrichello). Bahkan gelar juara dunia bagi Schumi pun datang dengan cepat, karena saat musim balap menyisakan enam seri lagi, Schumi telah pasti sebagai juara dunia di Perancis.[43] Namun di musim itu juga tim Ferrari harus menganggung malu. Akibat skandal team order di GP Austria, tim Ferrari dihukum denda 1 juta dollar AS, bahkan Schumi pun menjadi cemoohan oleh pihak media dan fans.
Musim 2003 dengan diawali start buruk dari tim[44][45][46], Schumi bangkit di balapan keempat di San Marino, di saat yang bersamaan, ibu Schumi, Elizabeth meninggal dunia. Schumi menang di San Marino, dan kemenangannya tersebut didedikasikan untuk sang bunda. Sepanjang musim 2003 lawan terberat Schumi adalah Kimi Raikkonen. Bahkan andaikan saja Eddie Jordan/Giancarlo Fisichella tidak memprotes hasil balapan di Brazil dan Rubens Barrichello tidak menang secara dominan di Jepang, hampir bisa dipastikan Raikkonen akan menjadi juara dunia.
Musim 2004 adalah ulangan dari musim 2002, karena Ferrari lagi-lagi memenangi 15 dari 18 lomba. Mereka hanya kalah di Monako, Belgia, dan Brazil. Michael Schumacher sendiri berhasil mempertajam rekornya menjadi tujuh kali juara dunia.[47]
2005 menjadi tahun revolusi bagi Ferrari. Akibat kegagalan Bridgestone menyediakan ban yang bagus untuk Ferrari, sepanjang musim 2005 Schumi hanya mampu menunjukan performa seadaanya. Ia memang berhasil menang di AS, tetapi itupun karena seluruh mobil Michelin mundur dari balapan.[48]
Pada 2006, dengan regulasi ban yang dikembalikan ke regulasi tahun 2004 dan sebelumnya[49], Ferrari kalah tipis dari Fernando Alonso dan Renault. Schumi bisa saja merebut gelar juara dunia, kalau saja mesin Ferrarinya tidak meledak di Jepang. Di akhir musim Schumi mengumumkan pengunduran dirinya dari ajang F1, dan posisinya di Ferrari akan digantikan oleh Kimi Raikkonen[50][51] yang akan menemani Felipe Massa.
Perang saudara di McLaren pada 2007 antara Fernando Alonso dan Lewis Hamilton di beberapa balapan menjelang akhir musim berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Kimi Raikkonen yang akhirnya merebut gelar juara dunia di balapan pamungkas di GP Brazil. Di musim itu pula, Ferrari dan McLaren sempat bersitegang soal gambar rancangan mobil F2007 yang berada di tangan Mike Coughlan dari McLaren.[52] Diselidiki, ternyata baik Mike Coughlan dan Nigel Stepney[53][54] dari Ferrari mencoba bersekongkol. Dicurigai juga ada pihak ketiga di luar Ferrari dan McLaren yang mencoba memperkeruh suasana, karena pada bulan Juli 2007, Stepney dan Coughlan sempat dihubungi oleh pihak Honda seputar lowongan kerja untuk musim 2008.[55] Sebagai hukumannya, tim McLaren harus rela didiskualifikasi dari kejuaraan konstruktor musim 2007[56] meskipun Fernando Alonso dan Lewis Hamilton masih diperbolehkan untuk bertarung memperebutkan gelar dunia pembalap.
Pada musim balap 2008 penampilan Raikkonen sebagai juara dunia bertahan memburuk, di tengah hebatnya performa Felipe Massa yang luar biasa sepanjang 2008 dimana ia kalah tipis dari Lewis Hamilton di balapan terakhir di Brazil.
Musim 2009 Ferrari kembali tampil buruk. Kecelakaan hebat yang menimpa Felipe Massa di Hungaria menyebabkannya harus absen sampai akhir musim. Posisinya digantikan oleh Luca Badoer dan kemudian Giancarlo Fisichella. Tiga hari setelah GP Singapura, Ferrari mengumumkan bahwa kontrak Kimi di Ferrari untuk 2010 akan diputus. Posisi Kimi di Ferrari digantikan jagoan Spanyol yang telah menjadi juara dunia dua kali yang sebenarnya telah diincar Ferrari sejak 2004, Fernando Alonso.[7] Felipe Massa sendiri dipastikan kembali di musim 2010.

2010-an

Ferrari tampil dengan tim beraroma Latin penuh di musim 2010. Fernando Alonso (Spanyol) berpasangan dengan Felipe Massa (Brazil). Tampil meyakinkan di balapan seri pembuka di Bahrain dengan finish 1-2, Ferrari ternyata malah tampil kedodoran sampai pertengahan musim. Pertengahan musim 2010 Ferrari mendatangkan mantan orang McLaren, Pat Fry untuk memperkuat barisan teknik mereka menghadapi musim F1 tahun 2011.[57] Pertengahan musim 2010, Ferrari akhirnya mampu menang balapan kembali di GP Jerman dengan posisi 1-2 untuk Fernando Alonso dan Felipe Massa, walaupun sedikit terbilang kontroversial karena Massa memberikan posisi terdepannya untuk Alonso. Selanjutnya tiga kemenangan lain berhasil diraih Ferrari di Italia, Singapura, dan Korsel melalui tangan Fernando Alonso. Tim Ferrari yang sebelumnya terpuruk di musim 2009 akhirnya berangsur-angsur bangkit dan berhasil finish di P3 klasemen konstruktor musim 2010. Sementara itu Fernando Alonso berhasil finish sebagai runner-up klasemen dengan raihan 252 poin.
Awal tahun 2011, Ferrari kemudian melakukan pergantian kru pada tim manajemen mereka. Posisi Chris Dyer (orang yang bertanggung jawab atas strategi yang salah di GP Abu Dhabi[58]) digantikan oleh Pat Fry.[59] Sementara itu Neil Martin didatangkan dari Red Bull Racing untuk membantu Fry menangani strategi lomba.[60] Meskipun tampil menjanjikan selama sesi testing pra musim, Ferrari harus mengawali musim 2011 dengan buruk dan mereka baru bisa meraih podium pertama merema di Turki.[61] Sebagai akibat kegagalan ini tim kemudian merombak sebagian divisi tekniknya dengan Aldo Costa yang digantikan Pat Fry. Hasilnya terlihat positif saat Fernando Alonso akhirnya mampu memenangi lomba di Inggris.[62] Memasuki akhir musim 2011, Ferrari menjanjikan akan membuat mobil inovatif untuk musim 2012. Salah satu langkah mengejutkan yang diambil Ferrari adalah dengan menarik kembali Rory Byrne sebagai konsultan aerodinamika untuk membantu Pat Fry dan Nicholas Tombazis merancang mobil tahun 2012.
Musim 2012 diawali Ferrari dengan baik lewat kemenangan mendadak di Malaysia melalui Fernando Alonso diatas lintasan basah dengan fakta bahwa mobil Ferrari F2012 ternyata bukanlah mobil tercepat di atas grid.[63] Ferrari kemudian membawa sejumlah perbaikan pada mobil mereka yang hasil nyatanya terlihat jelas saat Alonso memenangi balapan di Eropa dan Jerman.[64] Di akhir musim, Alonso finis di peringkat kedua klasemen pembalap dibawah Sebastian Vettel.

Serba-serbi tim

Logo tim Ferrari versi klasik.
Logo Ferrari yang bernama (dalam bahasa Italia) "Cavallino rampante" (alias rampant little horse), yang merupakan sebuah kuda jantan sedang berjingkrak dalam area warna kuning. Logo ini konon diambil Enzo Ferrari dari logo resmi kota Stuttgart Jerman, yang merupakan rumah dari Porsche yang dulu sempat menjadi rival abadi Ferrari. Gambar kuda yang muncul dalam logo Ferrari merupakan ciri khas dari Francesco Baracca, seorang pilot Perang Dunia I yang tewas dalam perang tersebut. Ibu Baracca lantas menyerahkan gambar kuda tersebut pada Enzo setelah Baracca meninggal. Enzo lantas mengabadikannya sebagai logo untuk tim balapnya, dengan ditambahkan sebuah area perisai berwarna kuning, yang merupakan warna khas kota Modena, dengan huruf S dan F yang menandakan inisial Scuderia Ferrari. Rampate sendiri dalam bahasa Italia berarti ketangguhan dari singa dan kuda. Simbol dari kekuatan, vitalitas, dan tenaga.

Kantor pusat

Tim Scuderia Ferrari berbasis di kota Maranello, Italia, 18 km dari kota Modena, bersebelahan dengan pabrik mobil jalan rayanya. Enzo Ferrari lahir di kota ini, dan menghabiskan masa remajanya di kota tersebut. Selain markas di Maranello, tim Ferrari juga memiliki sebuah sirkuit tes pribadi, yaitu Fiorano yang dibangun sejak tahun 1972, dan sampai saat ini masih tetap digunakan sebagai tempat tes baik untuk mobil jalanan ataupun untuk mobil balap. Modena sendiri merupakan sebuah kota di region Emilia-Romagna di Italia.
Balapan Grand Prix Italia di Sirkuit Monza, Milano merupakan balapan kandang bagi tim Ferrari, setiap kali balapan digelar di sana, seluruh fans Ferrari dari seantero Italia dating memenuhi sirkuit, dan mereka kerap membuat fans-fans tim lain ketakutan atau terlibat dalam kerusuhan layaknya pendukung sepak bola dengan beragam aksi dan tindakan-tindakan fanatisme yang tidak ada tandingannya di negara-negara lain.
Selain Monza, Ferrari juga memiliki penuh sirkuit Mugello (yang saat ini digunakan sebagai tempat berlangsungnya balapan MotoGP Italia), dan sirkuit Autodromo Dino e Enzo Ferrari (Imola) di dekat kota Bologna (markas Ducati) yang sempat menjadi tuan rumah GP San Marino sampai tahun 2005. Kedua sirkuit tadi kerap digunakan Ferrari sebagai tempat tes pribadi untuk mobil F1 mereka.

Peran sebagai pemasok mesin

Ferrari merupakan satu-satunya tim yang membuat mesin untuk mobil mereka sendiri di ajang Formula Satu sejak pertama kali ikut serta di ajang F1 pada 1950. Mereka juga menyediakan pasokan mesin untuk tim lain. Pada tahun 2012 dua tim yaitu Scuderia Toro Rosso dan Sauber menggunakan mesin Ferrari. Sebelumnya Ferrari memasok mesin untuk Minardi (1991), Scuderia Italia SpA (1992-1993), Sauber (1997-2005 dengan mesin berlabel 'Petronas' dan 2010-sekarang), Prost Grand Prix (2001, mesin berlabel 'Acer') , Red Bull Racing (2006), Spyker F1 (2007) dan Force India (2008).

Team order

Team Order: Rubens Barrichello memberikan kemenangannya bagi Schumi di akhir GP Austria 2002.
Team order sering menjadi hal yang kontroversial sepanjang sejarah Ferrari di F1
Pada tahun 1982, di San Marino, dua mobil Ferrari berhasil memimpin dengan Gilles Villeneuve di depan Didier Pironi. Tim memberi perintah agar kedua mobil melambat untuk mengurangi risiko ke mobil, yang rupanya ditafsirkan secara berbeda oleh dua pembalap. Villeneuve marah ketika Pironi menyalip dan memenangkan perlombaan. Kemarahan Villeneuve menegaskan apa yang ia lihat sebagai sebuah pengkhianatan oleh rekan setimnya sering dianggap menjadi faktor penyumbang kecelakaan fatal di babak kualifikasi pada balapan berikutnya yaitu di GP Belgia 1982.
Saat era Michael Schumacher di Ferrari, ia diberi perlakuan istimewa atas rekan satu timnya (Eddie Irvine, Rubens Barrichello dan Felipe Massa). Strategi ini sering tidak populer di mata penggemar olahraga dan tim-tim pesaing. Puncaknya adalah kejadian di GP Austria 2002 saat Barrichello yang memimpin hampir sebagian besar perlombaan diperintahkan untuk memberi jalan kepada Schumacher, yang ia lakukan di tikungan terakhir di lap terakhir. Ini merupakan suatu langkah yang sangat tidak populer, karena terjadi pada tahap awal musim, ketika kedua pembalap memiliki kesempatan untuk memenangkan kejuaraan pembalap.
Di GP Jerman 2010, Felipe Massa diinformasikan bahwa Fernando Alonso jauh lebih cepat dari dirinyaa, dan setelah dua kali pemberitahuan informasi ini, Massa mempersilakan Alonso melewatinya. Sekaligus menafsirkan bahwa ini adalah sebuah proses team order yang dari musim 2003–2010 dilarang di F1. Hasilnya Alonso berhasil menang, dengan Massa yang finis kedua dan Sebastian Vettel ketiga. Ferrari didenda hukuman maksimum yang tersedia yaitu 100.000 dollar AS atas pelanggaran peraturan tersebut oleh para pengawas lomba di Jerman. Tim lantas dibawa ke dewan FIA World Motor Sport Council, di mana dewan menguatkan pandangan para pengawas lomba yang memberikan hukuman di Jerman, tetapi tidak mengambil tindakan lebih lanjut.[65][66]

Sponsorship

Truk tim Ferrari dengan berhiaskan stiker-stiker sponsor Ferrari.
Sejak tahun 1950 sampai awal tahun 1977, seluruh mobil F1 Ferrari sama sekali polos, alias tidak dipenuhi logo sponsor. Musim 1977 menjadi musim awal bagi sejarah sponsorship Ferrari, karena mereka saat itu disponsori oleh FIAT Group (yang telah menjadi pemilik Ferrari sejak 1969). Sampai dekade 1980-an, hanya Magneti Marelli dan Agip yang setia menjadi sponsor Ferrari, itupun hanya dalam sebatas pemasok alat-alat teknis dan pemasok bahan bakar.

Tim Ferrari pertama kali disponsori oleh merek rokok Marlboro sejak musim 1984, dimana Marlboro juga menjadi sponsor bagi tim McLaren. Marlboro secara resmi menjadi sponsor utama Ferrari sejak musim 1997. Pada akhir 2005, Ferrari mengumumkan bahwa mereka telah memperpanjang kontrak sponsorship dengan Marlboro (Philip Morris) sampai musim 2011. Di saat itu juga, pelarangan semua bentuk sponsorship berbau rokok mulai diterapkan di Eropa, dan beberapa tim F1 memutuskan untuk mengakhiri kontrak sponsor mereka dengan pabrikan rokok (seperti McLaren dengan West dan Renault dengan Mild Seven). Diperkirakan setiap tahunnya, Ferrari mendapatkan suntikan dana segar sebesar 1 miliar dollar dari Marlboro.
Pada bulan Juni 2011 diumumkan secara resmi bahwa Marlboro akan kembali menjadi sponsor tim Ferrari sampai akhir 2015. Selain Marlboro, Ferrari juga memiliki sponsor lain yang tidak kalah besarnya. Sejak musim 2010 seiring duduknya Fernando Alonso di kursi pembalap, Grupo Santander akan menjadi sponsor besar kedua Ferrari setelah Marlboro. Kesepakatan kontrak Ferrari dan Santander akan berlangsung selama lima musim.[67] Setiap tahunnya, Ferrari akan mendapatkan dana sebesar hampir 40 juta dollar.
Pada Desember 2005, Vodafone mengumumkan bahwa mereka akan berhenti menjadi sponsor Ferrari karena tergiur dengan tawaran menjadi sponsor utama McLaren mulai tahun 2007. Inti dari mundurnya Vodafone sebagai sponsor Ferrari adalah karena Ferrari lebih mengistimewakan Marlboro sebagai sponsor utama dengan cara memperbanyak lahan stiker mereka di atas mobil.[68] Sebagai pengganti Vodafone, Ferrari lantas mengumumkan bahwa Alice akan menjadi sponsor Ferrari mulai musim 2007

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts